Rini Novita Sari
Rini Novita Sarihttps://besoklusa.com
Blogger dan content writer

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Hidup memang banyak tantangan. Apalagi ketika perasaan minder, merasa tidak mampu, kurang cakap, kurang tampan bahkan hingga kurang duit secara berlanjut hinggap di badan.

Itu menjadi seribu satu alasan untuk statis bahkan cenderung menurun dalam menapaki jalur kehidupan. Namun pernahkah kamu melihat sosok-sosok yang dengan berbagai keterbatasan, ternyata mampu melampaui mereka yang hidupnya normal-normal saja.

Ada yang jadi aktor, jadi konduktor, mencapai prestasi di dunia modelling, jadi anggota dewan dan berbagai macam hal membanggakan lainnya. Padahal kondisi fisik dan mental mereka mungkin menjadi sebuah dispensasi agar hidupnya hanya mengharap belas kasihan orang lain.

Salah satunya adalah penderita down syndrome. Sekedar mengingatkan, down syndrome merupakan kelainan genetik yang disebabkan kehadiran seluruh atau sebagian dari salinan ketiga kromosom 21.

Pada orang normal, kromosom 21 hanya ada dua buah saja, sementara pengidap down syndrome mengalami trisomi dengan memiliki tiga buah. Namun, bagi sembilan orang ini, down syndrome bukan menjadi penghalang mereka untuk beraktifitas, bahkan melakukan pencapaian yang mungkin saja melampaui orang normal. Simak daftarnya berikut ini.

Zhou Zhou – Konduktor

Zhou Zhou punya bakat yang sangat luar biasa. Ia satu-satunya konduktor di dunia yang tak mampu membaca musik. Kemampuannya dalam memimpin orkestra hanya didasarkan pada ingatannya tentang seluruh melodi yang pernah didengarnya.

Pria yang lahir pada 1979 ini, IQ-nya bahkan hanya 30 % dari manusia normal. Tak hanya buta musik, ia pun tak paham mata uang bahkan umurnya sendiri.

Ayah Zhou Zhou seorang pemain celo di Wuhan Symphony Orchestra. Sejak kecil, Zhou Zhou sudah terbiasa mendengar suara melodi, dan saat orkestra istirahat, ia pun naik ke panggung dan berlatih menjadi konduktor.

Hingga pada satu hari, seseorang memperhatikan aktifitas Zhou Zhou dalam bergaya ala konduktor yang membawakan komposisi milik Bizet, yakni Carmen. Dengan setengah bercanda, orang ini meminta agar orkestra dipimpin oleh Zhou Zhou. Saat itulah sejarah kemudian diukir.

Katie Higgins, Guru Tari Zumba

Yorkshire, Inggris, pada malam Natal tahun 1990, seorang ibu, Mary Higgins mendapati kabar bahwa anak yang dikandungnya punya dugaan down syndrome.

Dokter menyarankan agar Mary menggugurkan janin yang masih berusia belasan minggu tersebut. Mary dengan tegas menjawab tidak, dan lima bulan kemudian lahirlah Katie.

Saat ini Katie Higgins berusia 23 tahun. Dan dia menjalani profesi sebagai instruktur tari Zumba. Pencapaian tersebut sebenarnya bukan hanya faktor down syndrome semata, namun ada kesedihan lain yang hadir pada duo Higgins.

Kakak Katie meninggal akibat kanker. Untuk menghindari kesedihan yang berkepanjangan, Mary dan Katie mengambil kelas tari Zumba. Lama kelamaan, instruktur tari saat itu melihat hal yang istimewa dalam diri Katie. Mulai saat itu, Katie mendapat latihan khusus tari Zumba.

Musim panas tahun 2012, Katie telah menyelesaikan ujian intrukturnya. Sehingga sampai saat ini, Katie dipercaya mengajar di Halifax College dan gereja Elim di Sowerby Bridge.

Madeline Stuart – Model

Madeline sempat dikenal pada New York fashion Week pada September 2015. Setelah itu, ia pergi ke Richester, NY untuk tampil pada EverMaya fashion Show di Midtown Athletic Club. Madeline memang bukanlah satu-satunya pengidap down syndrome yang menjadi model. Namun langkahnya sebagai model telah membawa pengidap penyakit ini setingkat lebih baik.

Ayelén Barreiro – Penari

Ayelén Barreiro merupakan gadis asal Argentina yang berprofesi sebagai penari. Pada 2012, Ayelén terpilih sebagai peserta dalam sebuah acara reality show di Argentina, Bailando por Un Sueño (America’s Dancing With The Stars ala Argentina).

Saat itulah untuk pertama kalinya di Amerika Latin, seseorang dengan penyakit down syndrome tampil di televisi dalam sebuah kontes menari. Ayelén memang tak juara, namun teknik dan keluwesan tubuhnya dalam menari membuat ia punya penggemar yang sangat banyak.

Tim Harris – Pemilik Restoran

Tim Harris, 28 tahun, merupakan satu-satunya pemilik restoran yang mengidap down syndrome. Keinginan yang telah diimpikan Tim sejak 2010, kini telah menjadi kenyataan. ia dibantu orang tuanya supaya Tim’s Place, sebuah restoran di Albuquerque, New Mexico, terwujud.

Harris menyebut restorannya sebagai ‘world’s friendliest’. Namun pada 2016, Tim memutuskan untuk menutup restoran tersebut karena ia ingin lebih dekat dengan Tiffani Johnson, pacarnya yang juga bernasib serupa Harris.

Pablo Pineda – Aktor

Pablo Pineda merupakan aktor asal Spanyol yang pernah menerima anugerah Silver Shell pada Sebastian International Film Festival tahun 2009 karena perannya dalam film Yo Tambien. Pada film itu, Pineda memerankan seorang penderita down syndrome, yang sama dengan ia di dunia nyata.

Selain menjadi aktor, Pineda berharap karirnya dalam mengajar cukup baik. Sebagai catatan, Pineda merupakan satu-satunya pengidap down syndrome yang memiliki gelar universitas. Ia punya gelar diploma dalam ilmu mengajar dan bachelor of art dalam pendidikan psikologi. Saat ini, Pineda bekerja pada Adecco Foundation di Spanyol.

Noelia Garella – Guru TK

Noelia Garella adalah guru TK pertama di Argentina yang punya down syndrome. Ia lulus dari prasekolah keguruan pada 2007 dan kini bekerja di pusat pengasuhan anak di Cordoba.

Hingga kini, Noelia punay gelar sarjana ekonomi dan manajemen organisasi dengan konsentrasi pariwisata, kepengasuhan dan transportasi. Ia senang dengan pekerjaannya sekarang karena orang tua dan anak-anak yang berada di pusat pengasuhan anak tersebut merasa senang dengan keberadaan dirinya. “Tak ada prasangka sama sekali terhadap saya,” ungkap Noelia.

Angela Bachiller – Anggota Dewan

Angela Bachiller mungkin membawa kabar yang begitu luar biasa menyenangkan bagi para orang tua yang anaknya menderita down syndrome. Betapa tidak, Angela yang berusia 30 tahun, merupakan wanita pertama dalam sejarah Spanyol, yang kini duduk menjadi wakil rakyat di Valladolid pada 2013. Posisinya merupakan perjuangan beberapa organisasi yang konsentrasi pada isu down syndrome, dan berupaya menghapus diskriminasi pada penderitanya di tengah-tengah masyarakat.

Madison Tevlin – Penyanyi

Madison pernah menyanyikan lagu ‘All of Me’ milik John Legend. Rekaman yang berisi nyanyiannya itu, kemudian diunggah seseorang di Youtube. Video gadis 13 tahun ini kemudian menjadi sensasi di Youtube dan mendapat 6 juta tayangan.

Dalam keterangan yang menyertai video tersebut, disebutkan bahwa Madison merupakan seorang penderita down syndrome. Entah karena penyakitnya, ataukah suaranya yang disukai banyak orang sehingga sensasi itu muncul. Namun Madiosn telah memberi inspirasi bagi banyak orang.

Epilog

Mereka bukanlah sosok yang mungkin tak sempurna secara fisik dan mental. Namun pencapaiannya seharusnya mampu membawa inspirasi, perenungan dan refleksi yang mendalam betapa hidup harus penuh disyukuri.

Gambar diambil dari berbagai sumber.

9 Pengidap Down Syndrome yang Inspiratif