Saat konferensi pers, Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump menyebut kata social distancing. Ada juga yang hanya menyebutnya dengan social distance saja. Frase ini merupakan salah satu cara dalam mencegah penyebaran novel corona virus atau COVID-19.
Pengertian Social Distance
Social distance merupakan sebuah cara dalam melokalisir diri sendiri. Kegiatan ini berfungsi menjaga jarak dengan manusia yang lain dalam radius tertentu.
Pengertian lain dari social distance adalah membatasi interaksi dengan manusia lain. Jadi bukan cuma menjaga jaraknya saja.
Orang atau kelompok masyarakat yang melakukan social distance akan meliburkan diri dari aktivitas rutin mereka. Jadi ketika social distancing dilakukan secara masif, maka sekolah akan libur, tempat kerja akan sepi, dan jalan bakal lengang.
Ada beberapa negara yang sanggup melakukan social distancing dalam waktu lama. Korea Utara adalah negara yang menjalankan konsep social distancing secara paksa bagi rakyatnya. Ada pemberlakuan jam malam, pembatasan interaksi, dan lainnya yang berlaku bagi warga negara itu.
Sehubungan dengan mewabahnya COVID-19 beberapa negara juga menerapkan konsep social distancing. Karena cakupannya satu negara, maka dikenal istilah lain yang disebut lockdown.
Lockdown ini merupakan social distancing dalam konsep yang lebih luas. Negara, seperti yang terjadi di Korea Utara, memaksa warganya untuk tinggal di rumah agar penyebaran wabah tidak semakin besar.
Dalam situasi lockdown negara memberikan perintah agar sekolah diliburkan, kantor diberhentikan, dan pabrik ditutup. Yang boleh berkeliaran bekerja adalah pegawai pemerintah yang menangani wabah tersebut, petugas rumah sakit, tentara, dan polisi saja.
Sebagai negara yang pertama kali terkena pandemi COVID-19, China sudah melakukan lockdown itu. Kini negara tersebut telah sembuh dan mulai bergerak membantu negara lain dalam menangani wabah tersebut.
Alasan Melakukan Social Distance dan Lockdown
Diketahui droplet atau tetesan kecil air liur maupun lendir yang mengandung COVID-19 bisa menjangkau sekitar 1 meter ketika pengidap, pembawa atau carrier-nya bersin atau batuk. Carrier ini persis seperti pengidap flu atau pilek saja.
Kalau si carrier itu mengusap liur, ingus, maupun air matanya dan menempelkannya ke benda-benda tertentu, maka virus akan menempel disana selama 24 jam. Orang sehat yang menyentuh benda itu dengan tangan dan tangannya dipergunakan untuk mengusap mulut, hidung, maupun mata, maka ia bakal terjangkiti virus juga.
Orang kedua yang terjangkiti ini belum mengetahui kalau dirinya sebagai carrier COVID-19. Sehingga iapun akan melakukan kegiatan seperti biasanya. Ia mengusap hidungnya, mulutnya, dan matanya, kemudian menempelkan tangannya ke benda-benda tertentu.
Benda-benda yang ditempeli virus orang kedua tadi besar kemungkinan disentuh juga oleh orang kedua, ketiga, dan seterusnya hingga virus ini menjadi wabah.
Orang kedua ini tentu tidak bisa segera dikarantina, sebab pada saat persentuhan, ia tidak mengalami gejala apapun. Sebab masa inkubasi virus hingga memunculkan gejala berlangsung selama sembilan jam.
Lebih bahaya lagi kalau orang pertama, kedua, dan seterusnya yang terjangkiti ini menyebar di lingkungan mereka masing-masing. Ada yang ke sekolah, ke tempat kerja, ke pasar, di terminal, dan seterusnya. Mereka menyebar ke kerumunan massa dan menulari orang-orang yang ada disana.
Kondisi paling buruk dari hal diatas adalah pada jangka waktu 10-14 hari akan banyak orang yang masuk rumah sakit. Pada saat itu, jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan jumlah orang yang sakit sehingga potensi tidak tertolongnya cukup besar.
Kurva berikut ini bisa menjelaskan mengapa diperlukannya social distancing dan bila perlu lockdown. Agar persebaran virus bisa dikendalikan. Sebab orang yang pernah terjangkit dan sembuh, tidak akan terjangkiti untuk kedua kalinya.
Dengan begitu rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya bisa mengatasi jumlah penderita yang masuk ke mereka dengan bertahap.
Itulah mengapa diperlukan social distance atau bila perlu lockdown agar persebaran wabah ini bisa lebih terkendali. Pun dengan social distance orang yang terduga sebagai carrier bisa lebih mudah dilacak kalau ia hanya berdiam di rumah saja.
Dalam situasi semacam ini para ahli kesehatan masyarakat meminta agar semua orang dalam kondisi pandemi global ini berpikir bahwa mereka adalah virus carrier. Sehingga ia memosisikan dirinya untuk tidak menulari banyak orang.
Kamu boleh tidak percaya kalau social distancing ini berperan besar dalam mencegah penyebaran wabah. Tapi Italia menjadi fakta sahih, dimana ketika mereka merasa aman-aman saja, saat ada wabah menyerang mereka masih melakukan aktivitas sebagaimana biasa.
Italia kemudian memecahkan rekor buruk akibat COVID-19. Ada 368 orang yang meninggal akibat virus tersebut hanya dalam waktu satu hari.
Semoga saja Indonesia bisa mengambil pelajaran dari kejadian di Italia tersebut. Sehingga ketika diberlakukan instruksi social distancing, masyarakatnya patuh dan bukannya malah mendatangi lokasi wisata sebagaimana yang pernah dilakukan warga Italia.
Efek Social Distance
Social distance merupakan berhentinya manusia dalam melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan. Oleh karena itu pastilah ada efek tertentu yang berimbas pada pelakunya maupun lebih besar.
Untuk para pekerja harian yang wajib bertemu dengan orang lain seperti driver ojek online, kurir harian, porter, dan lain-lain, tentu saja perintah melakukan social distance cukup merugikan. Pasalnya mereka tidak mendapatkan upah harian buat nafkah keluarga.
Lebih besar lagi, berhentinya pabrik-pabrik beroperasi, kantor-kantor yang ditutup, juga bisa berefek pada melemahnya perekonomian sebuah negara. Baru kabarnya saja, lockdown sudah memicu penurunan harga saham secara besar-besaran. Bagaimana kalau betulan?
Namun tentu segala hal yang diputuskan secara resmi oleh pemerintah negara manapun terkait wabah COVID-19 berfungsi melindungi warga negaranya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sehingga baik social distance bahkan sampai lockdown, semuanya dimaksudkan agar warga negara tetap aman dan sejahtera menjalani kehidupan bernegaranya.
Demikian pengertian social distance. Apabila ada yang perlu disampaikan, silakan kemukakan di kolom komentar.