Gasing ternyata menyimpan potensi yang menakjubkan. Sebuah benda yang selama ini hanya dikenal di kalangan anak-anak di kampung ternyata menyimpan manfaat yang mampu menginspirasi para ilmuwan di bidang kedokteran.
Dari gasing tersebut, para peneliti menemukan ada gaya sentrifugal yang bisa dimanfaatkan. Sehingga mereka menirukan gasing tersebut namun mengubah bahan gasing dengan bahan yang bisa diisi dengan darah, serum, atau sejenisnya.
Paperfuge
Centrifuge blood memang berharga sangat mahal, mencapai ribuan dollar dan butuh listrik untuk memfungsikannya. Sehingga negara-negara miskin, atau bahkan negara konflik kesulitan untuk menerapkan teknologi tersebut.
Manu Prakash, pimpinan peneliti Stanford, memang terinspirasi oleh mainan gasing yang biasa dipakai anak kecil. Mainan yang kabarnya berusia 5000 tahun tersebut ternyata masih relevan dengan jaman. Sebab, menurut Prakash, sebuah gasing mampu menghasilkan kecepatan yang dibutuhkan oleh teknik pemisahan darah. Ini sama dengan yang dihasilkan sebuah mesin centrifuge blood.
Paperfuge kemudian dibuat dari sebuah piringan kertas yang bisa diisi oleh darah. Dengan mekanisme sama, yakni seutas tali membentang dua kali di tengahnya dan untuk memudahkan penggunaan, dipakailah kayu sebagai pegangan di kedua sisinya.
Sebagaimana dipublikasikan di Nature Biomedical Engineering, paperfuge telah teruji. Alat ini mampu memisahkan parasit malaria dalam darah hanya dalam waktu 15 menit saja. Dan tiba saatnya untuk paperfuge diuji di lapangan, dan pada akhirnya sedikit mengubah peta dunia kedokteran.