Hero itu nggak harus bisa terbang… nggak harus rupawan… nggak harus punya kekuatan ajaib. Hero itu adalah mereka yang memiliki ketulusan, menginspirasi dan mampu mengubah segala sesuatu menjadi lebih baik…dan siapa saja bisa menjadi hero… Bunda Fien Prasetyo
Siapa saja bisa menjadi hero. Semangat yang menjadi ruh bagi terbitnya sebuah buku buah karya para blogger pemenang Citizen Journalism Indonesia yang bertemakan #IndonesiaMoveOn dan #EveryoneIsHero. Dompet Dhuafa, selaku penyelenggara lomba, dengan semangat tersebut berinisiatif menerbitkan sebanyak 31 tulisan yang pernah dimuat para peserta di blognya masing-masing.
Cover buku Senarai Inspirasi / Gambar: Dompetdhuafa.org |
Hanya saja, ekspos media yang terbatas, atau bahkan mereka tidak laku untuk dimuat di koran, tak layak jual untuk masuk televisi dan tak renyah suaranya untuk direkam di radio menjadikan buku ini sebagai mimbar bebas bagi siapa saja yang memang layak disebut pahlawan.
Seperti Darkonah, dalam tulisan karya Isti Syarifah, yang memilih menjadi buruh migran untuk menjaga tungku ibunya agar tetap membara dan lebih penting lagi adalah menyelamatkan nyawa ayahnya. Atau Amara, yang meski baru berusia 13 tahun, namun memiliki cita-cita yang jauh lebih besar dari usianya.
Lewat tulisan Bunda Fien Prasetyo, Amara bermaksud mendirikan perpustakaan desa agar masyarakat di desanya gemar membaca. Dan ada juga Puspa Sari Hamid yang memotret nilai kepahlawanan di balik profesi tukang sampah. Itu baru dari tiga tulisan, sementara buku ini memuat 31 tulisan yang memotret sosok, nilai, sikap dan segala kaitannya dengan jiwa kepahlawanan dengan perspektif masing-masing.
Perspektif yang dimiliki memang berbeda-beda dari masing-masing penulis. Namun seluruhnya menyatu dalam satu nafas dan mampu berkolaborasi secara apik merujuk pada satu tema besar yang memiliki semangat bahwa Indonesia harus Move On dari kondisinya yang sekarang.
Itulah mengapa, gerakan Indonesia move on ini mesti dimulai dari membangkitkan jiwa kepahlawanan yang ada di masing-masing warganya. Dimulai dari meredefinisi makna pahlawan yang terlanjur terpatri dengan makna yang sakral dan melangit.
Selama ini, mungkin, citra pahlawan terdoktrin sebagai mereka yang memiliki jasa yang teramat besar bagi bangsa ini, dan orangnya sudah meninggal. Maka tak ada ruang kosong bagi siapapun untuk menjadi pahlawan bagi siapapun terkecuali dilakukan pemaknaan ulang soal pahlawan ini.
‘Senarai Inspirasi, Bergerak untuk Berdaya’ yang dipilih menjadi judul buku ini memang tepat. Pasalnya, buku ini memang semacam kumpulan inspirasi yang datang dari orang-orang ‘kecil’ yang mungkin sering kita abaikan. Namun pembawaan dari penulis, yang notabene adalah blogger, mampu memukau pembaca dan membawakan kisah-kisah nyata yang mereka temui dan menuliskannya begitu indah.
Sekilas, kita diajak bingung antara kisahnya yang memang indah atau tulisannya memang bagus. Namun saya ingat petuah dari Mohammad Fauzil Adhim dalam Inspiring Words for Writers bahwa kisah yang tidak bagus, tak akan mampu dituliskan secara bagus meski oleh penyair kenamaan. Namun kisah bagus bisa jadi tak bagus ketika ditulis oleh mereka yang tidak punya niat baik di dalam menuliskannya.
Alhamdulillah, sepertinya tulisan-tulisan dalam buku ini seumpama tumbuhan yang batang pohonnya kokoh, akarnya bagus, daunnya lebat dan buahnya sehat. Ya, niat yang baik berbuah tulisan baik dan menginspirasi selamanya. Selamat membaca.