Rini Novita Sarihttps://besoklusa.com
Blogger dan content writer

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Sejak dulu, film India memang didominasi oleh kisah cinta klasik serta film aksi yang sedikit lebay. Tuan Takur dan Inspektur Vijay menjadi ikon tentang bagaimana narasi film India terbentuk selama ini. Namun satu dekade terakhir, ceritanya mulai berubah. Mungkin saya yang memang tidak banyak mengikutinya, namun sejak My Name is Khan, 3 Idiots, Peekay dan kini Bajrangi Bhaijaan, sineas India telah mengubah kiblat narasi besar dunia sinemanya.

Di blog ini sendiri, pernah saya ulas P.K. atau dibaca Peekay. Sebuah film dengan sutradara dan bintang yang sama dengan 3 Idiots, yakni Rajkumar Hirani dan Aamir Khan. Seperti 3 Idiots, Peekay menyegarkan kembali logika dan nilai kemanusiaan kita tentang makna hidup yang sering tertutup debu kehidupan. Lalu, bagaimana dengan Bajrangi Bhaijaan?

Bajrangi Bhaijaan atau saudara Bajrangi mengambil tema besar tentang posisi geopolitik India dan Pakistan. Sementara sudut pandangnya diambil dari seorang Bajrangi (sebutan untuk penyembah dewa Hanoman) bernama Pawan (Salman Khan), yang secara tak sengaja bertemu seorang gadis bisu yang tersesat, Shahida (Harshaali Malhotra). Sialnya, perbuatan Pawan demi menolong Shahida terganjal oleh mertuanya sendiri, atau ayah dari Rasika (Kareena Kapoor), istrinya. Shahida yang ternyata seorang anak Pakistan, bertentangan dengan Pawan dan Rasika yang berasal dari keluarga Bajrangi yang taat. Dan Pawan mesti mengembalikan Shahida ke Pakistan.

Bajrangi Bhaijaan

Penggambaran konflik India dan Pakistan sudah diterakan sejak awal film, terlebih saat Pawan berupaya menerobos masuk pintu perbatasan Pakistan tanpa paspor dan visa. Pawan dituduh mata-mata India dan dikejar oleh kepolisian Pakistan. Untungnya ia dibantu oleh Chand Nawab (Nawazuddin Siddiqui), seorang wartawan Pakistan. Beberapa plot, memang mirip dengan Peekay, meski Chand Nawab mengambil jalur internet untuk menyiarkan ide dan gagasannya atas tindakan berani yang diambil oleh Pawan.

Bajrangi Bhaijaan

Faith in humanitiy restored. Kalimat itu yang mungkin mampu menjadi pelajaran berarti setelah menonton film ini. Tentang bagaimana konflik di satu sisi dan bela negara di sisi yang lain, dibenturkan dengan pihak netral yang bernama kemanusiaan yang selalu tersisih atas nama kewibawaan negara. Ada beberapa plot yang dibumbui komedi segar, namun plot yang lain sangat melodramatis, terlebih di menit-menit akhir, sangat khas India. Ya, selain khas dengan musik dan tarinya, film India dikenal mampu menguras air mata. Begitulah yang terjadi dengan Bajrangi Bhaijaan. Dan pada akhirnya, sejenak setelah menonton film semacam ini, kita senantiasa bergumam, “Oh iya, seharusnya memang seperti ini.”

Soal akting para bintang India, sepertinya mereka terlahir untuk bermain film. Bahkan lihat saja Harshaali Malhotra yang menjadi si gadis tuna wicara, Shahida, aktingnya alami dan seperti berjalan tanpa hambatan. Apalagi jika sudah berbicara peran Salman Khan dan Kareena Kapoor. Ditambah lagi sutradaranya Kabir Khan, sosok yang juga pernah bekerja sama dengan Salman Khan dalam Ek Tha Tiger. Maka menonton Bajrangi Bhaijaan meski harus menghabiskan durasi 2,5 jam lebih tak terlalu berasa. Maka pantas dengan biaya USD 14 juta, Bajrangi Bhaijaan mampu meraup pendapatan USD 100 juta lebih. Top!

Review Bajrangi Bhaijaan (2015): Sisi Lain dari Konflik India dan Pakistan