Kalau tak suka dengan bahasan ekonomi, pasar saham, hipotek, obligasi, dan sejenisnya maka niscaya The Big Short bakal membuat 130 menit menjadi siksaan yang teramat memusingkan.
Apalagi film ini berisi dialog-dialog yang singkat, melompat-lompat dan sangat tidak umum dengan film-film sebagaimana biasanya. Tapi coba tahan dulu kepusingan akan istilah-istilah tersebut sejenak, kemudian mari flashback ke Amerika Serikat di tahun 2008, saat krisis keuangan yang bermula atas bangkrutnya sektor properti melanda negara adidaya ini.
Drama atas kehancuran pondasi kapitalis yang telah ratusan tahun bertahan, kemudian direkonstruksi oleh The Big Short lewat tokoh-tokoh fiksi namun based on true story.
The Big Short menceritakan tiga kelompok tokoh, yang linier dalam cerita, namun tak pernah bertemu satu sama lain. Mereka berkecimpung di rimba kapitalis Amerika Serikat, dengan sifat dan karakternya masing-masing.
Pertama, kita dikenalkan dengan Dr. Michael Burry (Christian Bale), seorang mantan dokter yang anti-sosial, suka musik metal dan sedikit nyeleneh. Mike, begitu ia dipanggil, menemukan kejanggalan pada sekuritas hipotek yang dipakai oleh bank di Amerika sebagai sumber keuntungan utama.
Sumber keuntungan inilah yang menjadi pondasi berlangsungnya sistem kapital Amerika selama ratusan tahun. Melihat kejanggalan ini, sebagai seorang manajer investasi, ia mencoba ‘peruntungan’ atas hitung-hitungannya.
Kejanggalan tersebut niscaya akan meruntuhkan pondasi keuangan Amerika seketika. Mike meminta kepada bank agar membiayai upayanya untuk bertaruh melawan obligasi yang sudah mapan. Tentu saja bank memberikan pembiayaan tersebut dengan senang hati, dan tertawa puas atas kebodohan yang disangkakan pada Mike.
Kedua, kita pun bertemu dengan Jared Vennett (Ryan Gosling), seorang bankir yang juga trader. Vennett mendengar kabar dari koleganya atas informasi pemberian biaya terhadap Mike. Ia membuat analisa sendiri terhadap pertaruhan Mike, dan menawarkan hal yang sama terhadap Mark Baum (Steve Carrell).
Mark merupakan manajer investasi yang tak begitu besar. Pun ia cukup tempramental dan sepertinya, ia senantiasa menolak hatinya sendiri untuk berhenti menjadi trader. Ya, semacam panggilan moral.
Ketiga, The Big Short menghadirkan Charlie Geller (John Magaro) dan Jamie Shipley (Finn Wittrock), duo trader amatir yang berupaya menembus Wall Street. Namun pasar saham itu bukanlah mainan sebagaimana kegiatan mereka dulu.
Sehingga mereka meminta bantuan Ben Rickert (Brad Pitt), seorang eks banker yang sebelumnya telah berniat pensiun. Sosok Ben seumpama geek trader, namun benci sekali terhadap dunia yang pernah digelutinya. Standar moral secara umum terletak pada sosok Ben ini.
Ketiga kelompok tokoh ini memang tak pernah bertemu satu sama lain. Mereka sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Namun kegiatan mereka tentu saja berlawanan dengan pandangan publik atas kondisi keuangan Amerika saat ini.
Mike dengan hitung-hitungannya, sementara Mark Baum yang diberi tahu oleh Vennett melakukan survey lapangan terhadap kondisi pembiayaan properti di Amerika Serikat. Cahrlie dan Jamie? Tentu saja berkat bantuan Ben mereka mengetahui kondisi yang bakal menimpa keuangan Paman Sam.
The Big Short tetap menjaga tensinya, meski hanya berisi dialog-dialog saja. Namun dari sanalah ruh film ini berada. Kita bakal dikenalkan dengan gelembung yang terjadi pada keuangan Amerika, sementara film memberikan gambaran bagaimana Mike dan Mark dikejar-kejar investornya karena melawan pasar obligasi.
Ya, bagaimana tidak dikejar, sementara harga cenderung naik cukup baik, sementara Mike dan Mark malah bertaruh sebaliknya. Secara cerdas, The Big Short memberikan gambaran luas kondisi keuangan Amerika hanya dengan mengikuti tiga kelompok tokoh itu saja. Big applaus untuk Adam McKay, sang sutradara.
Nah, jika menonton film ini dengan cukup tenang, meski bukan orang-orang yang berkecimpung di dunia ini, sebenarnya bisa mencernanya karena dalam beberapa hal deskripsinya dilakukan secara analogi.
Apalagi dengan kehadiran Margot Robbie yang sedang mandi, Anthony Bourdain di sebuah dapur restoran dan Selena Gomez yang bermain black jack, yang menjelaskan beberapa istilah penting untuk mendukung alur cerita dengan analogi yang sederhana.
Ada yang unik juga, yakni beberapa kali para tokohnya melakukan breaking the fourth wall, alias melakukan dialog ke arah kamera berupaya mengajak penonton berbicara.
Akhir cerita memang sudah bisa ditebak dengan kata kunci ‘2008’ dan ‘keuangan Amerika’. Namun kondisi sentimentil yang terlihat pada akhir film menjadi sebuah ambigu.
Mereka mengklaim bahwa kapitalis adalah objek yang semestinya dibenci, namun disisi lain, ketika tragedi terhadap industri kapital itu datang, mereka pun mereguk untungnya bak kapitalis pada saat yang lain. Tapi inilah kenyataannya, selama manusia masih membutuhkan uang, moral dan tindakan itu bisa saling melenyapkan.
Oh iya, film ini pun mendapatkan penghargaan Oscar 2016 untuk kategori Best Writing-Adapted Screenplay, karena mengadaptasi buku Michael Lewis berjudul sama.
Keberhasilan Charles Randolph dan Adam McKay mendapat Oscar tersebut ditunjang oleh kepiawaian mereka dalam merombak buku tersebut dan menyajikannya dalam drama, komedi, yang sekaligus mengetengahkan tragedi dan depresi massal pada saat bersamaan.
Data Film:
Tahun rilis | 2015 |
Genre | Komedi |
Durasi | 2 jam 10 menit |
Rating | IMDb 7.8/10, Rotten 88% |
Sutradara | Adam McKay |
Pemain | Christian Bale, Steve Carell, Ryan Gossling, Brad Pitt, dll |
Penghargaan | Academy Award for Best Writing Adapted Screenplay |